Selasa, 09 Oktober 2012


Cerpen.
UPACARA  KESAKTIAN PANCASILA,TNI-NYA TELAT !!!

Siang hari ini matahari bersinar terik, cahaya terangnya memancar keseluruh antero negeri ini. Kartini duduk bersandar di sebuah kursi tempat dia bekerja, dia memilih kursi yang letaknya dekat dengan kipas angin,sehingga dapat sedikit membuat dia merasa sejuk,sambil sesekali dia usap peluh yang menetes di pelipisnya dengan sebuah tissue. “Harusnya siang-siang panas begini berada diruangan ber AC lebih enak” ucapnya dalam hati.
“Permisi” tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. Tanpa menunggu lama Kartini menoleh ke arah datangnya suara. Sejenak dia perhatikan baju yang dikenakannya, bajunya seperti dari TNI. “Ya, ada perlu apa” sahutnya sambil tak lupa memperlihatkan senyum termanis yang dimilikinya dan yang pernah dia lakukan. “Maaf, bapak kepala sekolahnya ada? Bisa saya bertemu sebentar” sahut bapak tersebut yang mukanya mirip suami penyanyi Inul Daratista. Kartini mengantarkan bapak tersebut ke ruangan kepala sekolah. Kartini tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi intinya kedatangan bapak tersebut kesini ingin meminta izin menjadi Pembina upacara sehubungan dengan akan dilaksanakannya upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang tinggal beberapa hari lagi.
Berbagai persiapan dilakukan demi menyambut hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, tentu saja bangsa yang menjadi kebanggaannya ini. Bukan hanya persiapan untuk upacara, tetapi juga mempersiapkan beragam perlombaan yang mengusung tema Hari Kesaktian Pancasila, diantaranya lomba cerdas cermat dan lomba pidato. Bukan hanya anak-anak yang dibuat repot tapi dia juga, beberapa orang siswa mendatanginya dan mereka minta Kartini untuk menilai naskah pidato yang sudah mereka buat, sebenarnya enggan juga namun melihat antusias mereka hatinya pun tergerak untuk membantu, hitung-hitung untuk mengasah pengetahuannya sebagai guru Bahasa Indonesia.
Hari ini, tepat tanggal 1 Oktober  terasa begitu istimewa karena merupakan peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Pagi yang cukup bersahabat untuk melaksanakan upacara. Seluruh siswa berkumpul di lapangan, membentuk barisan yang sesuai dengan kelas masing-masing. Kartini dan beberapa rekan guru yang lain mengawasi setiap barisan. “Semua siswa diharapkan keseriusannya dalam melaksanakan upacara nanti, tolong ketika upacara sudah dimulai tidak ada lagi yang berbicara” terdengar suara Pak Pangeran Antasari tegas dan sangat berwibawa. Pak Pangeran Antasari adalah kepala sekolah di tempat dia mengajar, pembawaannya yang tenang dan tutur katanya yang lembut namun tegas membuat mereka semua merasa segan jika berhadapan dengannya. Pak Pangeran Antasari sama sekali tak pernah memarahi siswanya yang nakal, beliau selalu memberikan nasehat-nasehat yang mampu membuat siswanya tak berani berkata-kata.
Suasana hening ketika upacara sudah dimulai, Hari itu Pak Teuku Umar bertugas sebagai Pembina upacara. Badannya yang tegak dan wajah yang menurutnya penuh karismatik diusia yang sebenarnya tidak lagi muda “Hari ini tepat tanggal 1 Oktober seperti yang sudah kita ketahui merupakan peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Upacara yang kita lakukan ini dipilih sebagai sarana untuk mengenang bagaimana lahirnya Hari kesaktian pancasila 47 tahun silam“ terdengar suara Pembina Upacara diawal pidatonya pada pagi itu melalui pengeras suara. “Hari Kesaktian pancasila sebagai bukti bahwa Pancasila mampu menumpas komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965” lanjutnya lagi. Pembina dengan lantang meneruskan pidatonya. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dibarisan kelas 2, rupanya salah seorang siswi pingsan. Dengan sigap Kartini dan 2 orang rekannya serta Pak Patimura dan ibu Fatmawati membawa siswi tersebut ke ruang UKS sekolah. Ibu Fatmawati yang bersedia menjaga siswi tersebut sementara Kartini dan Pak Patimura kembali kebarisan guru untuk kembali mengikuti jalannya upacara.
“Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai elemen, termasuk suku, ras, agama dan sebagainya. Namun Pancasila, itulah konsep dan tujuan kemerdekaan sebagai salah satu ideologi Negara kita. Karena itu kalian sebagai generasi penerus bangsa, wajib mengamalkan dan mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila karena  merupakan ideology dan jati diri bangsa kita” ucap Pak Pangeran Antasari penuh semangat di akhir pidatonya. Jika itu merupakan drama maka mungkin Kartini lah orang pertama yang memberikan tepuk tangan paling keras. Semangat beliau yang menggebu-gebu seakan menjalar ke dalam tubuhnya, dia sebagai guru muda yang baru saja diangkat menjadi seorang PNS.
“Waaaah… Pak Patimura benar-benar keren, tegas, penuh semangat dan sangat karismatik. Ya kan Pak Otto?”  ucap Cut kepadanya setelah upacara selesai. Cut adalah salah seorang siswinya yang termasuk nakal namun berprestasi, didalam kelas pun dia termasuk yang paling aktif menjawab jika dia memberikan pertanyaan dan paling aktif bertanya jika dirasa memang dia tidak mengerti. Kartini tertawa mendengar ucapannya.
“Jadi, bagaimana cara kamu memaknai Hari Kesaktian Pancasila ini Vivian?”Tanya Pak Otto.
“Gimana ya Pak? Mungkin seperti yang dikatakan Pak Pangeran Antasari mengamalkan pancasila, tidak akan berbuat yang sia-sia, apalagi itu sampai melanggar norma-norma yang ada” jawab Vivian sambil tersenyum.
“Nah itu baru siswi bapak, tapi jangan cuma dimulut ya tapi dihati juga terus realisasikan dengan perbuatan” sahutnya perlahan namun pasti. Jauh dalam hati dia berharap bangsa ini bisa menjadi lebih baik.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar